Habis Disuntik Petugas, Sapi Warga di Lamongan Mati

oleh -
img 20220617 wa0119

NASIONALNEWS.ID, LAMONGAN – Sapi milik warga Desa Kebon Agung, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur mati, setelah disuntik dinas terkait. Sebelumnya, sapi yang dimiliki warga tersebut terkena penyakit mulut dan kuku (PMK).

Pemilik sapi SK (47) saat dikonfirmasi mengatakan, sapinya telah mengalami sakit kurang lebih tiga Mingguan.

Sudah tiga Minggu sapi saya sakit, pertama ada yang kemari itu dokter perempuan dan laki-laki berinisial pak SU, katanya dari Babat dan di suntik satu kali,” kata SK, Rabu (15/06/2022).

SK juga menjelaskan, untuk penanganan sapi yang terkena PMK dari dinas jatah untuk pengobatan itu gratis biaya 3 kali, akan tetapi kedatangan yang kedua kesini obatnya sudah habis katanya dan disuruh membayar sendiri.

” Menurut petugas, angaran penyuntikan  pertama, kedua dan ketiga itu gratis. Namun yang kedua kesini katanya obatnya sudah habis, diminta membayar sendiri, sebesar 40 ribu untuk setiap sapi yang sakit, dan 10 ribu, untuk obat semprotnya,” ungkap SK.

Masih keterangan SK, pihaknya sudah membayar sendiri setiap kedatangan untuk tiga kali perawatan atau penyuntikan, dan untuk perawatan yang ke lima kalinya saya sudah tidak mau karena tidak ada perubahan atau jaminan untuk kesembuhan sapi saya, dan saya hanya masyarakat biasa uang itu lebih baik buat kebutuhan makan keluarga setiap hari,” ujar SK.

Sementara itu dari keterangan petugas Dinas Peternakan dan Keswan Kabupaten Lamongan Dokter hewan DV, yang bertugas di wilayah kecamatan Babat melalu telepon WhatsApp menyampaikan, sudah ada penanganan di Desa tersebut.

“Kemaren saya sudah datang ke pak SK, yang pertama dan di lanjutkan sama pak SU,” jawabnya.

DV juga membenarkan terkait adanya biaya pribadi untuk penanganan penyakit sapi PMK yang diminta dari warga 40 ribu setiap ekor Sapi tersebut.

“kita menarik 40 ribu, itu kita sendiri pengganti obat aja, biasanya kita lebih dari itu maksudnya 50 ribu itu sudah di potong, karena kita mikir ke peternak, kalau terlalu mahal kan kasian,” cetus Devi.

“Jadi gini saya terangkan, obatnya itu ada tapi terbatas jadi saya bagi kemaren, dapatnya misalkan itu 2 botol itu untuk 20 ekor itu untuk tiga kecamatan jadi  gantian, untuk Babat baru Payaman saya kasih 2 botol, untuk yang Kebon Agung masih belum habis, ini saya ambilkan obatnya untuk kebonagung, kan gak selalu ada obatnya, pelan-pelan di dropnya, bantuan itu ada, tapi terbatas,” bebernya.

Sholichan

No More Posts Available.

No more pages to load.