TPA Cipeucang Overload, Aktivis Peringatkan Pemkot Tangsel Cisadane Bukan Tempat Sampah

oleh -
oleh
tpa cipeucang

NASIONALNEWS.ID TANGERANG SELATAN – Koalisi Aktivis Lingkungan Tangerang (Kalung) khawatirkan longsor kedua kalinya, karena sampah yang melebihi kapasitas atau Overload di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Cipeucang Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat (16/9/2022) kemarin. Para aktivis membentangkan spanduk di TPA Cipeucang memperingatkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel, bahwa Sungai Cisadane bukanlah tempat sampah.

Koordinator Aksi, Ade Yunus mengatakan, bahwa giat kali ini merupakan bentuk Peringatan atau warning kepada Pemkot Tangsel untuk segera melakukan tindakan Pencegahan agar tidak terjadi kembali bencana longsor TPA Cipeucang yang mencemari Sungai Cisadane.

“Pada Tahun 2017 yang lalu, kita aksi mengingatkan bahaya akan potensi Bencana TPA Cipeucang, namun tak digubris oleh Pemkot Tangsel dan bencana yang kami khawatirkan ternyata kejadian pada Mei 2020 TPA Cipeucang longsor, berdampak pada tercemarnya Sungai Cisadane, bahkan menjadi pemberitaan dunia Internasional, hari ini kami melakukan aksi mengingatkan kembali, agar Pemkot tanggap dan tidak gagap dalam menangani Overloadnya TPA Cipeucang,” ungkap Aktivis berkacamata kepada Nasional News melalui sambungan telepon selulernya, Minggu (18/9/2023).

Selain memperingatkan, Ade memberikan opsi solusi alternatif mengurangi timbunan sampah di TPA Cipeucang, salahsatunya mengoptimalisasikan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) yang dilengkapi Konsep Material Recovery Fasility (MRF) di Setiap Kecamatan, Kawasan Property dan bisnis.

“Seperti Perumahan Cluster, Hotel, Apartemen, Pasar Modern dan Mall memiliki TPS3R yang dilengkapi Konsep MRF, maka sampah yang ke TPA itu tinggal residunya saja, karna habis diolah dan dimusnahkan di Sumber,” jelas Ade Yunus yang juga Ketua Banksasuci Foundation.

Ade berharap, Pemkot Tangsel tidak mengandalkan kerjasama pembuangan sampah dengan Pemkot Serang saja, apalagi jika hanya menunggu terlaksananya PSEL dan hadirnya TPA Regional, karena keduanya baik PSEL maupun TPA Regional membutuhkan proses waktu yang sangat panjang.

“Kami berharap agar Pemkot Tangsel, Fokus pada kemampuan Pengelolaan Sampah secara mandiri yang merangkul stakeholders terkait melalui Pengoptimalisasian TPS3R dan MRF tadi, kalau Ngandelin Perpanjangan Kontrak dengan Pemkot Serang, Nunggu PSEL dan TPA Regional, maka bukan tidak mungkin yang Kita khawatirkan bencana longsor terjadi lagi, makanya kita Warning,” tegas pria yang biasa disapa Kang Ade.

Ditanya mengenai dirinya yang getol mengkritisi pengelolaan sampah TPA Cipeucang, Kang Ade menegaskan, bahwa aktivitas komunitasnya dalam melakukan konservasi sungai Cisadane terganggu bila TPA Cipeucang longsor kembali.

“Kalau longsor yang deket kawasan TPA Cipeucang mungkin hanya bau saja, kami yang dihilir Cisadane, sampah bekas longsoranya nyangkut di WasteTrap kita dan tentu bukan hanya bau, tapi juga sangat mengganggu aktivitas kita dalam menjalankan program konservasi sungai Cisadane, dan sekali lagi perlu diingat bahwa sungai Cisadane merupakan sumber kehidupan, dimana Air Baku PDAM Tangerang Raya bersumber dari Sungai Cisadane,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, akibat dari penghentian sementara pengiriman Sampah ke TPA Cilowong Kota Serang, akibat penolakan masyarakat Kota Serang, sejak 1 September 2022, 400 Ton sampah perhari kembali penuhi TPA Cipeucang, nampak sejumlah timbunan sampah menggunung di TPA Cipeucang dan terjadi kelebihan muatan (Overload) yang berpotensi terjadi longsor kembali. (Yuyu)

No More Posts Available.

No more pages to load.