Ketua IPW : Banyak Faktor Yang Melatarbelakangi Polisi Tembak Polisi

oleh -

NASIONALNEWS.ID, JAKARTA – Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya kasus polisi menembak polisi, seperti yang terjadi di Depok.

“Kasus polisi tembak polisi yg terjadi Depok adalah kasus yang memprihatinkan. Tragisnya kasus ini selalu berulang dan terus berulang. Terakhir Oktober 2017, anggota Brimob menembak temannya sesama Brimob di lokasi tambang minyak rakyat di Blora, Jateng,” Kata Neta dalam keterangan yang diterima, Sabtu (27/7)

Neta menegaskan, jika anggota polisi saja ringan tangan menembak mati rekan sekerjanya sesama polisi bagaimana pula jika menghadapi angota masyarakat yang tidak dikenalnya. Belajar dari kasus ini, jajaran kepolisian perlu kembali dan terus menerus mendata dan mengevaluasi kondisi psikologis semua anggotanya yang memegang senjata api. Dari berbagai kasus polisi tembak polisi selama ini, IPW menilai cukup banyak hal yang melatarbelakanginya hingga puncaknya polisi tersebut tega menghabisi nyawa temannya dengan senjata api.

“Sikap arogansi yang masih kental dalam budaya kepolisian Indonesia. Lalu beban kerja yang cukup berat, terutama dalam menjaga keamanan sepanjang pilpres di berbagai daerah yang kerap menjadi tekanan pisikis. Di sisi lain, ada persoalan akut yang melilit anggota Polri, terutama di jajaran bawah yaitu persoalan rumah tangga akibat terbatasnya penghasilan sebagai polisi yg hidup di kota besar,” ucapnya.

Ia juga menambahkan, Ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya dan ini pula yang kerap menjadi penyebab utama mudahnya emosi polisi jajaran bawah gampang meledak menjadi bringas dan sadis. Tak heran jika dari tahun ke tahun terus terjadi polisi tembak polisi.

“Polisi berulah menjadi koboi kepada masyarakat atau polisi bunuh diri dgn pistolnya sendiri. Persoalan lain adalah gaya hidup hedonis yang kerap menimbulkan konflik antar teman. Selain itu tekanan atasan yang kerap memberikan target untuk pencapaian prestasi atasan itu sendiri. Bagaimana pun masalah akut ini perlu diatasi. Para atasan perlu lebih peduli lagi untuk mencermati sikap prilaku bawahannya agar tidak menjadi bringas secara tiba tiba seperti di Depok yg memberondong tubuh temannya dgn tujuh tembakan hingga tewas akibat persoalan sepele,” tambahnya.

Masih dikatakanya, Penyebab terjadinya penembakan polisi oleh polisi di Depok adalah akibat penangkapan pelaku tawuran. Sebab itu pelaku tawuran, orang tuanya dan polisi teman penembak juga harus dijadikan tersangka karena turut serta yg menyebabkan terjadinya penembakan.

“Seakan-akan polisi itu sudah berperan menjadi backing untuk membebaskan tersangka tawuran yg ditangkap. Seharusnya, siapa pun tidak boleh intervensi saat polisi menangani sebuah masalah, apalagi UU memberi hak pada polisi untuk memeriksa tersangka dua kali 24 jam. Selain itu pelaku penembakan perlu tes urin untuk mengetahui apakah ada pengaruh narkoba yg membuat pelaku diluar kendali,” pungkasnya. (Bb)

No More Posts Available.

No more pages to load.