Ribuan Mahasiswa Baru ITB Ikuti OSKM, Mantan Menteri BUMN jadi Pembicara

oleh -
img 20230818 wa0026
Foto: Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi

NASIONALNEWS.ID, JAKARTA – Ribuan mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (ITB) sedang mengikuti Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM), di Kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (17/8/2023).

Dalam kegiatan tersebut menghadirkan pembicara mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi. Laksamana adalah alumnus ITB.

Di hadapan 5000 lebih mahasiswa baru, Laksamana berbicara tentang kondisi dan prospek pembangunan bangsa ke depan, dan bagaimana seharusnya anak bangsa berbuat untuk kemajuan bangsa ini.

“Indonesia adalah negara yang kaya sumberdaya manusia dan alam, tetapi sulit sekali menjadi negara maju, bahkan untuk menjadi negara berpenghasilan menengah. Kekayaan alam diekspolitasi, dijual ke luar negeri, lalu Indonesia membeli barang jadi dari luar negeri,” kata Laksamana Sukardi.

Masih kata Laksamana, telepon genggam (HP) barang yang dimiliki oleh hampir semua masyarakat di Indinonesia — bahkan di perkotaan ada yang menenteng 2 – 3 buah sekali jalan, masih diimpor. Tidak ada satu pun buatan Indonesia.

Apakah begitu sulitnya membuat HP? Apakah di Indonesia tidak ada orang pintar? Jawabnya tidak. HP bukan barang yang sulit dibuat. Dan di Indonesia banyak orang pintar.

Tetapi kenyataannya, daya saing bangsa Indonesia lemah. Produktivitas lemah. Dari skala 0 – 1, produktivitas Indonesia hanya 0,5. Kalah dengan Singapura, Taiwan, Korea, apalagi Tiongkok dan Jepang yang sudah mencapai 0,8. Malaysia, Thailand dan Vietnam juga lebih. Negara-negara kecil lainnya mungkin akan menyusul.

“Sebuah bangsa bisa maju bukan karena kekayaan SDAnya, melainkan karena keunggulan SDMnya,” kata Laks.

Lalu apa yang membuat Bangsa Indonesia terseok-seok?

Ada 5 penyakit bawaan (komorbid) yang membelenggu Bangsa Indonesia. Yakni salah kaprah, salah asuh, salah lihat, salah tafsir dan salah tata kelola.

Yang pertama adalah salah kaprah. Karena pemimpin yang feodal, otoriter, KKN, dan memaksakan ideologinya. Ini membuat masyarakat sulit berkembang, dan terpecah karena perbedaan ideologi.

Yang kedua salah asuh. Orang-orang yang menjabat mengeksploitir jabatannya untuk mencari uang. Di partai politik juga begitu. Salah asuh ini membuat orang-orang yang cerdas dan berpikir secara kritis, tidak mendapat tempat. Misalnya di ASN, siapa yang bisa menjilat, naik pangkat duluan. Diasuhnya seperti itu.

Yang ketiga salah lihat  Penanganan hukum yang tidak transparan, calon-calon pemimpin yang dicitrakan sedemikian rupa oleh buzzer dan internet. Itu membuat masyarakat salah lihat dan salah pilih pemimpin mereka.

“Akhirnya bukan negara ini semakin baik, tapi malah tercebur ke jurang,” ujarnya.

Salah tafsir juga menjadi salah satu komorbid bangsa ini.

“Kita masih ada istilah UUD (Ujung-ujungnya duit), “Markus” atau makelar kasus. Itu berarti hukum untuk orang-orang tertentu ditafsirkan berbeda. Nah selama ada salah tafsir semacam itu, investor juga tidak mau masuk,” tambahnya.

Yang terakhir adalah salah tata kelola. Pada bangsa yang barbar, sangat sulit melakukan tata kelola. Padahal tata kelola yang baik akan menghilangkan peluang korupsi, dan kesalahan tata kelola membuat korupsi subur. Itu tidak boleh salah.

“Selama ini masyarakat hanya dididik untuk menjadi makelar, dan berburu gelar. Orang bangga bila gelarnya panjang, bukan bangga karena berilmu,” tutup Laksamana Sukardi.

No More Posts Available.

No more pages to load.