NASIONALNEWS.ID SEMARANG – Di lereng Ungaran Timur Semarang, wisata Pinusia Park sebagai ruang teduh tempat hening dan keindahan berpadu. Refreshing menyatu dengan alam di hamparan hutan pinus yang rapi, udara pegunungan yang bersih, serta cahaya mentari yang jatuh lembut di sela pepohonan seakan mengajak setiap pengunjung untuk berhenti sejenak—melepas rutinitas, merawat jiwa, dan merasakan kembali denyut kehidupan yang sejati.
Hal itu disampaikan Karmila Kepala UPT Pengelolaan Taman Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, bahwa perjalanan wellness di Pinusia Park bukan sekadar wisata. Ia adalah perjalanan ruang batin di mana tubuh diberi kesempatan beristirahat, pikiran melambat, dan kesadaran menemukan rumahnya.
“Di bawah naungan pinus, kita belajar bahwa keseimbangan hidup tidak semata berarti libur dari kerja atau pulih dari sakit. Lebih dari itu, keseimbangan adalah kemampuan untuk menyatu dengan irama alam, melampaui batas dualitas yang sering membelenggu manusia,” ujar Karmila melalui sambungan telepon selularnya, Jumat (12/9/2025).
Karmila menerangkan, ruang budaya dan ruang alam sama-sama memiliki kekuatan untuk mengembalikan manusia pada jati dirinya. Taman Budaya dengan ekspresi seni, dan Pinusia Park dengan ekspresi alam, keduanya merupakan panggung penyadaran.
“Dua ruang yang tampak berbeda, namun sejatinya saling melengkapi, kebudayaan menajamkan rasa, sementara alam menenangkan jiwa. Pertanyaan pun muncul, apakah kita masih memandang pariwisata hanya sebagai hiburan sesaat? Ataukah sudah saatnya melihatnya sebagai jalan transformasi diri,” tutur Karmila.
Menurutnya, sebuah wellness tourism yang tak berhenti pada tubuh yang segar, melainkan mengantar manusia menuju kesadaran yang lebih dalam.
“Pinusia Park mengajarkan, dalam sunyi kita justru menemukan suara terdalam. Dalam teduh pinus, kita menjumpai diri yang utuh—tenang, seimbang, dan selaras dengan semesta,” pungkasnya. (Satrio Purnomo)







