Keluarga Besar 3 Kerajaan Bali: Butuh Museum Khusus Simpan Artefak

oleh -
incollage 20250715 111150619

NASIONALNEWS.ID,DENPASAR-Keluarga besar dari  Tiga Kerajaan Badung Bali (Puri Pamecutan, Puri Kesiman, Puri Denpasar) meminta kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Budaya siapkan bangunan khusus guna menyimpan semua  artefak barang-barang pusaka yang telah dikembalikan oleh Belanda ke Indonesia.

Dalam sebuah museum khusus menyimpan tiga kerajaan yang terlibat dalam peristiwa heroik Perang Puputan Badung tahun 1906 melawan kolonial Belanda. Turunan dari tiga kerajaan Permintaan itu disampaikan Turah  Putra Dharmanuraga dalam kapasitas sebagai Penglingsir Puri Pemecutan Denpasar Bali. Penglingsir dalam istilah budaya Bali adalah pemimpin atau tokoh keluarga besar sebuah puri (istana).

“Saya sudah pernah menyampaikan usulan langsung kepada gubernur Bali saat dijabat mangku  pasti yang difasilitasi walikota Denpasar menyiapkan sebuah museum khusus menyimpan barang pusaka peninggalan semua kerajaan di Bali,” kata pengganti Ngurah Manik Parasara yang bergelar Cokorda XI raja Puri Pamecutan yang wafat beberapa waktu lalu pada NasionalNews.id melalui pesawat telpon seluler, Minggu (13/7/2025).

Kepada Gubernur Bali Mangku Pastika yang menjabat tahun 2008-2018 waktu itu Turah Putra Dharma nuraga mengajukan usul untuk dibuatkan tempat penyimpanan semua artefak dan barang barang peninggalan milik semua kerajaan di Bali di rumah jabatan resmi Gubernur Bali yaitu Puri Agung Negara yang dulunya merupakan kediaman resmi Gubernur Bali pertama Anak Agung Bagus Suteja menjabat periode tahun 1950 – 1958 lampau.

“Memang di Bali ada sebuah museum tapi menyimpan tentang peninggalan budaya bukan peyimpanan artefak dan barang barang pusaka kerajaan seperti tandu keris dan mahkota emas raja Badung yang baru baru ini dikembalikan kenegara kita,” ujar Turah Putra Dharmanuraga.

Tandu Raja Badung, yang juga dikenal sebagai tandu Jempana, adalah tandu emas yang pernah digunakan oleh Raja Puri Pemecutan, I Gusti Ngurah Made Agung, dalam peristiwa Puputan Badung. Tandu ini menjadi saksi bisu perlawanan rakyat Badung terhadap pasukan Belanda pada tahun 1906. Termasuk mahkota yang dikenal sebagai Gelung Agung terbuat dari emas dan batu mulia berharga dan sebuah keris pusaka kerajaan Badung. Tiga artefak barang pusaka milik Raja Badung merupakan 288 benda yang dirampas oleh pemerintah kolonial Belanda yang beberapa waktu lalu telah dikembalikan ke Indonesia.

Pemulangan tersebut merupakan lanjutan dari repatriasi pada tahun 2023 yang menghasilkan kesepakatan pengembalian sejumlah 472 benda cagar budaya asal Nusantara yang saat ini tersimpan baik di Museum Nasional di Jakarta.

mantan gubernur bali saat menyaksikan pengembalian pusaka dari belanda

“Saya sudah pernah melihat langsung dan mengabadikan tiga barang pusaka milik kerajaan Badung yang tersimpan di museum nasional Jakarta yang masih utuh dan terawat dengan baik,” ujar adik kandung Raja Puri Pamecutan Cokorde XI itu.

 

incollage 20250715 110805080
Dokumen: Monumen Nasional, perang melawan kolonial Belanda

Dalam sejarah, Perang Puputan Badung diawali dari akibat perselisihan antara pedagang Cina (Kwee Tek Tjiang) yang kapalnya terdampar di Sanur dan dianggap merugikan Kerajaan Badung. Belanda, yang yang membela Kwee Tek Tjiang pada saat itu, menuntut ganti rugi yang kemudian ditolak oleh Raja Badung (I Gusti Ngurah Denpasar). Penolakan pun memicu blokade ekonomi dan akhirnya agresi militer Belanda terhadap kerajaan yang berakibat Raja Badung dan pasukannya memilih jalan pertempuran habis-habisan (puputan) daripada menyerah.

Penulis : M Ridar Harahap

Ed>> IMAM S

No More Posts Available.

No more pages to load.