NASIONALNEWS.id, JAKARTA – Duduk dan menghadap ke piring kosong, bukanlah kebiasaan Moktavianus Masheka. Di khazanah Psikologi, ada istilah “setengah gelas kosong” sebagai simbol pesimis. Ketua Umum Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) itu, setahu saya, bukan tipe manusia pesimis.
Justru sebaliknya, optimisme-nya menyala-nyala. Bahkan, dalam situasi tersulit sekalipun. Maka, boleh jadi, piring kosong di hadapannya itu sebagai simbol, betapa masih sangat banyak anak-anak Indonesia yang belum tercukupkan gizi mereka.
Barangkali, karena itu pulalah, Presiden Prabowo Subianto menempatkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebagai program prioritas. MBG menjadi gerakan peduli terhadap anak-anak bangsa.
Moktavianus Masheka juga memiliki kepedulian yang sama, terhadap anak-anak. Bukan dalam hal makanan-minuman, tapi dalam konteks literasi anak-anak bangsa. Literasi adalah asupan jiwa, yang sama pentingnya dengan asupan makanan-minuman.
“Buku cerita anak, bacaan cerita anak, sudah sangat lama terabaikan. Jangankan menjadi program prioritas, bahkan di Peringatan Hari Anak Nasional pun, bacaan cerita anak nyaris tak disinggung,” ujar Ketua Umum Komunitas TISI tersebut.
Di tengah kekosongan cerita anak Indonesia, Moktavianus Masheka optimis untuk memotivasi para pihak, agar peduli pada hal tersebut. Komunitas TISI kemudian menggelar undangan terbuka untuk menulis Cerpen Cerita Anak Indonesia, sejak Juli 2024 lalu.
Diharapkan, para penulis, guru, mahasiswa, dan para siswa dari seluruh Indonesia tergerak untuk menulis cerita dan mengirimkannya ke panitia. Sejak itu, berdatanganlah cerita anak dari berbagai penjuru tanah air.
Kurnia Effendi dan Fanny Jonathans menjadi kurator untuk seluruh kiriman yang datang. Setelah melalui proses seleksi, editing, dan cetak, akhirnya buku kumpulan Cerpen Cerita Anak Indonesia tersebut terbit.
Pada Jumat, 21 Februari 2025 mendatang, buku tersebut akan di-launching di aula PDS HB Jassin, di lantai 4 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Kedua kurator dan Moktavianus Masheka akan menjadi pemateri dalam diskusi di momen launching tersebut.
Sejumlah pembaca cerita anak, juga akan tampil membacakan cerita-cerita yang terhimpun dalam buku itu. “Semoga ini menjadi momentum kebangkitan cerita anak Indonesia,” tutur Moktavianus Masheka.
Untuk penerbitan buku, launching, dan diskusi yang dimaksud, Komunitas TISI didukung oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Jakarta. “Dalam gerakan literasi di Jakarta, kami memang selalu melibatkan komunitas, agar gerakan ini menjangkau publik yang lebih luas,” ungkap Syaefuloh Hidayat, Kepala Dispusip Jakarta, beberapa hari lalu.
Nah, bagaimana sesungguhnya kondisi bacaan anak di Indonesia? Dari penelusuran saya, tahun 2021, melalui Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan, Badan Bahasa telah menerjemahkan 1.375 judul buku cerita anak dari bahasa asing ke bahasa Indonesia dan 343 judul dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.
Buku-buku cerita anak berbahasa asing itu diperoleh dengan melakukan kerja sama dengan Pratham Books dan Let’s Read-The Asia Foundation. Targetnya, sampai tahun 2024, KKLP Penerjemahan akan menyelesaikan 5.000 judul terjemahan cerita anak dari bahasa asing ke bahasa Indonesia.
Saya belum menemukan data yang valid, apakah target tersebut sudah tercapai atau belum. Saya juga belum menemukan data, berapa target penerbitan buku cerita anak dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.
Ada data yang menyebutkan, pada tahun 2017, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) mencatat, ada sekitar 40.000 judul buku anak yang diterbitkan di Indonesia setiap tahun. Tapi, berapa yang terjemahan dan berapa yang cerita asli Indonesia, saya belum menemukan datanya.
Pada 8 Agustus 2016, media liputan6.com melansir berita “Bacaan Anak-Anak Indonesia Penuh dengan Buku Terjemahan.” Itu mengutip pernyataan Presiden Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA), Murti Bunanta.
Ia mengungkapkan, serangan buku anak terjemahan, sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Minimnya data tentang kondisi buku cerita anak di Indonesia, agaknya mengonfirmasi ujaran Moktavianus Masheka, bahwa buku cerita anak, bacaan cerita anak, sudah sangat lama terabaikan.
Atas dasar itulah, Komunitas TISI menjadikan “Mati Surinya Empati Terhadap Cerita Anak” sebagai pokok bahasan pada Jumat, 21 Februari 2025 nanti. Diskusi dan launching itu terbuka untuk umum. Komunitas TISI mengajak para pihak untuk bersama-sama menggerakkan literasi anak di Jakarta khususnya dan di Indonesia secara keseluruhan.
Isson Khairul