NASIONALNEWS.id,MALAYSIA–Penemuan rangka kapal kayu raksasa di Pulau Melaka baru-baru ini menggemparkan dunia arkeologi, dengan dugaan bahwa artefak ini berasal dari abad ke-13 Masehi. Diperkirakan berusia 800 hingga 900 tahun (sekitar 1200-1300 M), kapal ini menjadi salah satu penemuan tertua di Malaysia, mendahului era Kesultanan Melayu Melaka yang berdiri sekitar tahun 1400-an. Temuan ini diyakini terkait erat dengan sejarah maritim Melayu pra-Kesultanan, menyingkap lapisan peradaban kuno yang selama ini tersembunyi.
Abdul Razak, warga Desa Parit Raja, Batu Pahat, Johor, Malaysia, yang juga anggota Pertubuhan Serumpun Bangsa Melayu Se Dunia (World Malay Unity Organization), menghubungi NasionalNews.id pada Senin (3/11/2025) untuk berbagi detail penemuan. “Kapal tersebut dipercaya milik seorang pembesar Melaka, yang menunjukkan adanya peradaban maritim yang maju di wilayah tersebut jauh sebelum kedatangan Parameswara,” ujarnya. Menurut Razak, konstruksi kapal menggunakan kayu lokal seperti saga dan merbau, yang langsung menolak teori bahwa ini adalah kapal asing atau milik penjajah. “Hal ini memperkuat bukti keahlian masyarakat maritim Nusantara dalam membangun kapal besar,” tambahnya.
Dengan panjang mencapai 50 hingga 70 meter, kapal ini jauh lebih besar dibandingkan Perahu Pontian yang ditemukan di Pahang sebelumnya. Perahu Pontian, ditemukan di tepi Sungai Pontian sekitar 80 km dari Pekan, Pahang, Malaysia, dikenal sebagai perahu purba tertua di Asia Tenggara dengan usia abad ke-2 hingga ke-6 Masehi. “Ini menjadi bukti keunggulan Melaka sebagai pusat perdagangan dan peradaban maritim Asia Tenggara,” tegas Razak.
Penemuan tambahan semakin memperkaya misteri kapal ini. Di lokasi tersebut ditemukan kepingan mata uang kuno dari era pemerintahan Sultan Mahmud Shah, serta serpihan porselen yang diyakini sebagai petunjuk bahwa kapal milik pembesar Kesultanan Melayu Melaka. Artefak-artefak ini tidak hanya mengonfirmasi usia kapal, tapi juga menyoroti peran Melaka sebagai pusat perdagangan kuno.

Temuan di Malaysia ini mengingatkan pada kekayaan arkeologi maritim di Indonesia, negara kepulauan yang menyimpan ribuan situs kapal karam dari berbagai era. Penemuan-penemuan ini membuktikan peran vital Nusantara dalam jalur perdagangan global masa lalu, termasuk kapal dagang dari Cina, Arab, hingga era kolonial VOC. Situs-situs tersebar di lokasi strategis seperti Selat Gaspar, Belitung, dan perairan Karimunjawa, menegaskan kemampuan bangsa Indonesia membangun kapal besar dan berlayar jauh sejak berabad-abad lalu.
Beberapa penemuan terkenal di Indonesia meliputi:
Kapal Kuno Bintan (Abad ke-12): Ditemukan di pantai Lagoi, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, setelah abrasi pantai akibat musim hujan mengungkap sisa kapal yang terkubur pasir. Penelitian oleh BRIN dan University of Napoli L’Orientale menemukan artefak seperti tembikar Cina, benda kaca, logam, serta koin kuno di lambung kapal. Ini diduga bagian dari jalur perdagangan menghubungkan Asia Timur, Asia Tenggara, dan Samudra Hindia.
Perahu Kuno Punjulharjo, Rembang (Abad ke-7 Masehi): Ditemukan di Desa Punjulharjo, Rembang, Jawa Tengah, perahu ini salah satu yang tertua di Indonesia dan terletak di daratan, menandakan perubahan garis pantai signifikan sepanjang sejarah. Awalnya dikira dari era Majapahit, carbon dating justru menunjukkan usia abad ke-7 Masehi—lebih tua dari Candi Borobudur (abad ke-9 Masehi). Temuan ini sezaman dengan awal Mataram Kuno di Jawa dan Sriwijaya di Sumatra, membuktikan kekuatan peradaban Nusantara kuno. Di dalam perahu yang utuh itu juga ditemukan kepala arca wanita berparas etnis Tionghoa dari batu, patahan tongkat kayu sepanjang 40 cm, tulang manusia, dan peralatan dapur. (Dilansir: )
Kerangka Perahu Kuno di Pantai Timur Sumatera Selatan (Abad ke-1 hingga ke-13): Temuan ini bahkan lebih tua dari Kerajaan Sriwijaya, menunjukkan sejarah maritim panjang di wilayah tersebut dan memberikan wawasan tentang teknik pembuatan kapal serta aktivitas pelayaran masyarakat Nusantara.
Penemuan kapal di Melaka dan paralelnya di Indonesia ini membuka babak baru dalam pemahaman sejarah maritim kawasan. Para ahli berharap penelitian lanjutan dapat mengungkap lebih banyak rahasia perdagangan dan budaya kuno, memperkuat identitas Nusantara sebagai pusat peradaban laut dunia.
(Ditulis oleh Ridar/)*

											




