NASIONALNEWS.ID, JOGYAKARTA – Ternyata ada sebuah komunitas yang bergerak untuk menjaga dan melestarikan cagar budaya.Komunitas tersebut bernama Kandang Kebo yang markasnya berada di Ngaliyan, Widodomartani, Ngemplak, Sleman.
Ketua sekaligus pendiri Komunitas Kandang Kebo, Maria Tri Widayati menyampaikan, kandang kebo berdiri di Tahun 2015. Awalnya hanya di grup FB pecinta cagar budaya dari berbagai daerah. Kandang kebo mempunyai anggota inti sejumlah 30 orang.
“Untuk yang di luar yang sering kumpul ikut agenda rutin kandang kebo,” kata Mbak Putri (40) disela sela acara kirab budaya dan jamasan Kyai Cokro milik Pangeran Diponegoro Minggu (20/7/2025).
Putri asal Klaten dan beberapa anggota komunitas ini secara khusus datang menghadiri peringatan 200 tahun Perang Jawa yang heroik itu.
Pada 2018 komunitas kandang Kebo menjadi bagian penting dalam penemuan artefak bersejarah di Indonesia berupa penemuan arca Ganesha. Yang diduga arca terbesar se-Indonesia.
Penemuan tersebut didapatkan melalui sumber laporan Belanda yang di baca oleh salah satu anggota Komunitas Kandang Kebo. Posisi arca tersebut di jurang yang dalam di desa Sambirejo dekat situs Gupolo.
Menurut Mbak Putri komunitas Kandang Kebo memiliki niat yang mulia ikut ambil bagian melestarikan cagar budaya dengan cara mengedukasi dan mengenalkan pada masyarakat.
Komunitas Kandang kebo lebih fokus pada kunjungan-kunjungan ke cagar budaya dengan istilah ‘cagar budaya marjinal’. Cagar budaya marjinal adalah cagar budaya yang belum secara resmi terdaftar atau ditetapkan oleh lembaga terkait.
Dan mengajak masyarakat untuk membersihkan, menjaga dan terus merawat situs tersebut. Sosialisasi perihal pelarangan menjual artefak juga disampaikan.
“Sebelum menyaksikan acara kirab budaya jamasan barang pusaka hari ini kami juga dengan beberapa teman mengunjungi beberapa tapak tapak sejarah perlawanan Pangeran Diponegoro seperti Goa Selarong kami ingin memastikan kelestarian tempat tempat itu,” katanya didampingi seorang anggota komunitas asal kota Blora.
Naskah-naskah kuno, peta kuno ataupun laporan-laporan Belanda zaman dulu yang menjadi sumber acuan referensi mereka untuk menziarahi sebuah situs cagar budaya marjinal. Tujuan utama mereka bukanlah mencari atau menemukan. Tapi fokusnya adalah menjaga yang sudah ada agar terawat dan tidak hilang dari tempatnya.
Asal usul nama Kandang Kebo sendiri berasal dari ketidak sengajaan. Seiring berjalanya waktu ternyata hewan Kerbau (Kebo) juga menjadi simbol hewan yang paling bijaksana dan disucikan di berbagai daerah di Indonesia. (M.Ridar Harahap).