NASIONALNEWS.ID, YOGYAKARTA – Mantan Walikota Kota Yogyakarta Drs H. Herry Zudianto M.M mantan walikota dua periode (2001-2006 dan 2006-2011) angkat bicara tentang permasalahan sampah di Yogyakarta dan permasalahan yang dihadapi Pemerintah dan warga kota Yogyakarta.
Dan menyatakan momentum Hari Ulang Tahun (HUT) kota Yogyakarta ke 269 harus dijadikan titik tolak untuk melakukan transformasi secara nyata.
Dari permasalahan sampah hingga peningkatan pelayanan publik
Baik itu dalam hal tata kelola kota, penanganan publik termasuk penanganan kebersihan lingkungan dan pemukiman.
Menurut mantan Walikota itu tantangan Pemkot ogja dimasa mendatang kedepannya semakin kompleks. Sehingga perayaan hari jadi tidak boleh hanya sekedar euforia. Namun harus diisi dengan langkah-langkah konkret yang dampaknya langsung dirasakan oleh warga kota.
“Prinsipnya sebuah kota itu bagaimanapun endingnya apapun bentuknya kota itu harus nyaman untuk ditempati dan dihuni” kata Herry Zudianto usai mengikuti upacara HUT kota Jogjakarta ke 269 hari Selasa (7/10/2025) yang berlangsung di Lapangan Balai Kota Yogyakarta.
Pemerintah Kota Yogyakarta harus piawai mengelola kota ini sesuai dengan program pembangunan sejalan dengan program pemerintah Provinsi dan pemerintah pusat. Dan hal yang tidak kalau pentingnya menurut Herry Zudianto yang semasa menjabat juga menjabat sebagai Ketua PMI DIY peraih Bung Hatta Anti Corruption Award tahun 2010 itu yang tidak kalah pentingnya pemerintah kota Yogyakarta dan instansi terkait dan semua elemen masyarakat harus terus memupuk dan menjaga kerukunan.
“sebuah kota yang nyaman itu harus terus menjaga kerukunan masyarakatnya. Jangan ada gep antara pemukiman mewah dengan pemukiman kumuh sebab kota ini milik semua mau kaya atau miskin” kata Herry Zudianto.
Dan yang tidak kalah pentingnya kita harus menyantuni lima golongan utama masyarakat para lansia para balita termasuk para penderita cacat disabilitas dan golongan masyarakat miskin lainnya ujarnya.
Pemerintah kota Yogyakarta harus membantu masyarakat melalui lima golongan utama, yaitu masyarakat miskin dan rentan miskin (melalui bantuan sosial), penyandang disabilitas, lansia, anak-anak dan perempuan (melalui program perlindungan sosial), serta UMKM dan petani/nelayan (melalui program pemberdayaan ekonomi).
“Dan yang tidak kalah pentingnya kita harus menyantuni lima golongan utama masyarakat para lansia para balita termasuk para penderita cacat disabilitas dan golongan masyarakat miskin lainnya” pungkasnya.
Kota Yogyakarta Darurat Sampah menanggapi masalah sampah di Yogyakarta menurut hemat Herry Zudianto. Dalam menangani permasalahan sampah yang merupakan momok itu Pemerintah Kota Yogyakarta harus intens melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DIY dan empat Kabupatèn lainnya (Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan Kulon Progo).
Luas wilayah DIY ini sebenarnya tidak begitu luas. Dalam menangani sampah pemerintah kota Yogyakarta harus terus melakukan koordinasi dengan pemerintah propinsi dan empat kabupatèn lainnya lanjut Herry Zudianto.
“Jangan ada istilah categorization yang biasa disebut “pengkotakan” dalam menangani sampah. Tidak bisa dipisah pisahkan penduduk yang tinggal dikota kan penduduk gunung kidul yang tinggal dikota Jogjakarta karena bekerja begitu juga sebaliknya penduduk kota yang kerja digunung kidul,” tandasnya.
Memasuki usia yang ke 269 Yogyakarta bukan hanya kota dengan sejarah panjang, tetapi juga kota dengan tantangan baru. Sampah yang tak lagi bisa sekadar dibuang, ruang kota yang terbatas, hingga persaingan pendidikan dan pariwisata yang kian ketat, semua tuntutan keberanian untuk berubah. Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-269 Kota Yogyakarta tahun 2025 akan digelar berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Dengan mengusung tema “Lebih Dekat, Lebih Cepat, Maju Melesat”, perayaan kali ini diproyeksikan menjadi momentum perubahan yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
“Tema tersebut mencerminkan semangat gotong royong untuk memperkuat kerekatan sosial serta mendorong iklim inovasi demi percepatan pembangunan kota. Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan bahwa HUT ke-269 ini tidak sekadar seremoni tahunan saja,” kata Hasto Wardoyo usai memimpin upacara kepada para wartawan.
Ia menilai momen tersebut harus menjadi titik balik bagi semua pihak untuk menjadikan Yogyakarta sebagai kota yang lebih tertata, manusiawi, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Jogyakarta itu punya jalan tol sungai yang berhulu digunung merapi dan bermuara dipantai selatan. Bukan hanya jalan tol harus kita jaga kebersihan termasuk jalan tol sungai sungai itu” kata Hasto Wardoyo mencoba berseloroh.
Beberapa agenda secara maraton digelar di antaranya meliputi pemasangan penjor di sumbu filosofi, peluncuran aplikasi Jogja Sehat, deklarasi Satu Kampung Satu Bidan, deklarasi zero gepeng, hingga perluasan layanan parkir digital.
Selain itu, akan ada Code Fest berupa kegiatan memancing sampah, penggunaan Batik Segoro Amarto Reborn, serta temu kemitraan koperasi kelurahan.
Perayaan juga dimeriahkan dengan lomba kebersihan lingkungan, mural antar sekolah, pengelolaan sampah organik, hingga kegiatan pencegahan stunting. Di kawasan Malioboro, Pemkot menambah jam car free night dan menggelar uji coba car free day 24 jam penuh pada 7 Oktober.
(Ridar/Abdurahman)






