Progam Makan Gratis, Menu 10 Ribu, dr Ngabila: Asal Tidak Dipotong Pajak Tinggi

oleh -
oplus 0
Oplus_0

NASIONALNEWS.id, JAKARTA – Program pemerintah makan bergizi gratis bertujuan menciptakan generasi yg sehat fisik mental, menyongsong puncak bonus demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045.

Dengan menciptakan kultur makanan sehat, ekonomis setiap hari akan menjadi contoh untuk diterapkan di rumah dan kehidupan sehari-hari.

Anak yang cerdas dan sehat fisik mental tersebut juga mempersiapkan fisik dan mental calon orang tua agar tidak melahirkan generasi stunting.

Anak wanita dicegah anemia yang bisa menyebabkan bayi yg dilahirkan nntinya stunting. Juga dilatih mental pengasuhan anak dengan memberi contoh nutrisi yang baik (sehat).

Faktor penentu tumbuh kembang anak (terutama balita) yang utama adalah nutrisi dr pola asuh yang diberikan orang tua.

Menurut Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salma, sulit mengharapkan kecukupan kalori dan gizi dari menu 10 ribu, perlu dipastikan tidak dipotong pajak tinggi, atau pemotongan anggaran dan lain-lain. Kata dia, harus pakai konsep dr @kemenkesri yaitu isi piringku: setengah piring sayur & buah, setengah piring lauk tinggi protein hewani & karbohidrat. Karena anak masih butuh hormon untuk tumbuh kembang, tentunya protein hewani sangat dibutuhkan.

“Susu sebenarnya sudah tidak menggunakan skema 4 sehat 5 sempurna, dan susu produk UPF (tidak alami), dan banyak orang Indonesia alergi protein susu sapi.
Jadi saya menyarankan ketimbang susu dibungkus anak untuk dikasih ke keluarganya, lebih baik meningkatkan komposisi protein hewani (sumber makanan alami langsung yang bukan UPF / ultra processed food),” jelasnya.

Pesan dia, harus dipastikan penyedia makanan memiliki sertifikat layak hygiene dari puskesmas setempat, untuk mencegah infeksi dan keracunan makanan massal.

“Sebaiknya tidak menggunakan kemasan plastik atau kertas. Baiknya pakai peralatan makan yg bisa dipakai kembali agar komposisi anggaran untuk lauk protein hewani lebih tinggi. Dan
10 ribu masih memungkinkan untuk bisa mewujudkan isi piringku: nasi, sayur, buah, protein nabati, protein hewani,” ujarnya.

Masih dikatakannya, program baik, masif, luas ini perlu didukung penuh. Perlu strong leadership at all level dan kolaborasi pentaheliks dengan semua pihak.

“Perlu monitoring evaluasi berkala, penyeragaman menu di cakupan wilayah mikro (kecamatan) dan jika memungkinkan dikonsultasikan dengan ahli gizi. Porsi sedang, dihabiskan lansung oleh anak di sekolah,” tutupnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.