NASIONALNEWS.id, JAKARTA – Jangan pernah menstigma keputusan tersebut. Childfree adalah Hak Asasi Manusia untuk memutuskan. Konseling pranikah dan konseling pernikahan oleh pakar (penghulu / konselor / psikolog / dokter / psikiater) perlu diperkuat untuk mitigasi dan evaluasi. Juga mempertimbangkan dampak jangka pendek atau panjang. Data konseling yang valid dapat membantu pemerintah membuat kebijakan berbasis data. Hal tersebut disampaikan Praktisi Kesehatan Masyarakat dr Ngabila Salama, MKM saat kegiatan dialog tanggap bencana di RRI Pro Jakarta pada Rabu (11/12/2024).
Dalam kesempatan tersebut, dr Ngabila menjelaskan, ada beberapa dampak kesehatan fisik dan mental yang bisa muncul baik positif dan negatif.
Dampak Negatif Fisik
1. Peningkatan resiko kanker peproduksi wanita yang tidak pernah hamil, lebih berisiko terkena kanker ovarium, endometrium, dan payudara. Kehamilan dan menyusui menurunkan jumlah siklus ovulasi, sehingga mengurangi paparan hormon estrogen yang dapat memicu kanker
2. Masalah Endometriosis
Ovulasi terus-menerus tanpa kehamilan dapat meningkatkan risiko endometriosis, yaitu pertumbuhan jaringan rahim di luar rahim yang dapat menyebabkan nyeri hebat dan masalah kesuburan
3. Gangguan pada Sistem Hormonal tidak mengalami kehamilan dan menyusui dapat memengaruhi keseimbangan hormonal. Pada beberapa wanita, ini bisa memperburuk kondisi seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau gangguan menstruasi.
Dampak Negatif Mental
1. Tekanan Sosial dan Stigma
di banyak budaya, wanita yang memilih childfree sering menghadapi tekanan sosial atau dianggap “tidak normal.” Ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, atau rasa terasing.
2. Penyesalan di Usia Tua
Sebagian wanita mungkin merasa puas dengan keputusan childfree saat muda, tetapi ada yang menyesal di kemudian hari karena tidak memiliki anak yang mendampingi saat tua.
3. Kesepian dan dukungan emosional dalam beberapa kasus, tidak memiliki anak bisa menyebabkan rasa kesepian di usia lanjut, terutama jika hubungan sosial atau keluarga lainnya kurang kuat.
Sementara Dampak Positif Fisik
1. Mengurangi resiko komplikasi kehamilan dan persalinan
wanita childfree terhindar dari risiko medis terkait kehamilan, seperti preeklampsia, diabetes gestasional, atau komplikasi persalinan yang dapat memengaruhi kesehatan fisik jangka panjang.
2. Menjaga kesehatan panggul
tidak menjalani kehamilan atau persalinan dapat mengurangi risiko cedera pada otot dasar panggul, yang sering kali dapat menyebabkan masalah seperti inkontinensia urin atau prolaps organ panggul di usia tua.
3. Lebih sedikit beban fisik
kehamilan dan menyusui mengubah tubuh secara drastis. Dengan tidak melalui proses ini, tubuh wanita dapat lebih stabil secara hormonal dan fisik.
Dampak Positif Mental
1. Mengurangi stres yang terkait dengan pengasuhan anak,
wanita yang memilih childfree tidak perlu menghadapi tekanan emosional dan mental yang sering datang dengan membesarkan anak, seperti kecemasan terkait pendidikan, keuangan, atau kesehatan anak.
2. Kebebasan untuk fokus pada diri sendiri memilih childfree memungkinkan seseorang lebih fokus pada pengembangan diri, karier, hubungan, dan kebahagiaan pribadi.
3. Keseimbangan hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit tanggung jawab dalam keluarga, wanita childfree sering memiliki lebih banyak waktu untuk menjalani hobi, merawat kesehatan mental, dan menjalin hubungan sosial yang bermakna.
dr Ngabila juga menambahkan, ada sekitar 71 rb wanita di Indonesia memutuskan untuk childfree, yaitu wanita dengan rentang usia 15-49 tahun. Mayoritas berada di perkotaan dengan sosioekonomi dan pendidikan tinggi
“Perlu berempati dan memposisikan diri sebagai orang lain dalam melihat fenomena ini. Studi epidemiologi, sosiodemografi, dan kausalitas diperlukan lebih lanjut untuk melihat apa saja faktor-faktor utama yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk childfree dengan melakukan konseling atau komunikasi efektif untuk mencari solusi, jika ada permasalahan dan mendeteksi kemungkinan adanya gangguan kesehatan. Baik kesehatan fisik atau mental,” tutur dr Ngabila.
Menurut dr Ngabila, perlu berempati dan memposisikan diri sebagai orang lain dalam melihat fenomena ini. Studi epidemiologi, sosiodemografi, dan kausalitas diperlukan lebih lanjut untuk melihat apa saja faktor-faktor utama yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk childfree dengan melakukan konseling / komunikasi efektif utk mencari solusi jika ada permasalahan dan mendeteksi kemungkinan adanya gangguan kesehatan. Baik kesehatan fisik / mental.
“Fenomena ini juga harus dipandang secara menyeluruh (holistik), multisektor, multidimensional, melibatkan unsur sosioekonomi, budaya, kesehatan, dan lain-lain,” pungkasnya.