NASIONALNEWS.id, YOGYAKARTA – Ketua TP. PKK Kabupatèn Kuantan Singingi Provinsi Riau, Hj Yulia Herma Suhardiman, S.Pd mengapresiasi kegiatan Pemilihan Putera Puteri Budaya Indonesia ( PPBI) tahun 2025 yang berlangsung dari 14 – 18 Oktober 2025 di Jogjakarta
“Saya menilai kegiatan positif yang melibatkan generasi muda seperti ajang seperti ini sudah selayaknya kita apresiasi dan dukung” kata isteri Bupati Kuansing Suhardiman Jumat malam (17/10/2025) menyaksikan Grand Final PPBI 2025 di Gedung Pertemuan Performance Hall UNY Yogyakarta.
Ia datang bersama beberapa rombongan tim penggerak PKK dan staff instansi terkait Pemkab Kuansing menghantarkan satu satunya duta yang mewakili Provinsi Riau asal daerah Pacu jalur yang ikut berlomba diajang yang melibatkan generasi pencinta budaya Hasifah Faiza Adelia
“Busana yang dikenakan duta dari daerah ini orisinil batik khas Kuansing yang memiliki motif yang khas. Ya kami sangat senang walau dalam laga ini hanya mencapai runner-up lima,” ujarnya.

Dalam memperkenalkan a Kuansing selain melalui event event seperti PPBI juga dalam arena pameran. Salah satunya pada Festival Pacu Jalur 2025 pertengahan Agustus lalu dan pameran yang melibatkan UMKM perayaan Hari Ulang Tahun ke 26 Kabupatèn Kuansing 12 Oktober 2025 lalu terangnya.
Sejak Pacu Jalur mendunia menjadi perbincangan ke mancanegara atas prakarsa Tim Penggerak PKK Kuansing yang mendorong pelaku UMKM berkreasi dengan menciptakan sebuah motif batik yang kini best seller adalah motif pacu jalur.
“Berkat motivasi kuat tim penggerak PKK yang dipimpin ibu bupati.Motif batik pacu jalur saat ini dicari wisatawan bila berkunjung ke daerah kami” terang Zulkandra Kepala Bidang pemberdayaan masyarakat desa dinsospmd Kab Kuansing.
Cagar budaya tak benda
Pacu Jalur sebagai cagar budaya tak benda sebuah tradisi pacuan sampan tradisional yang telah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda Indonesia sejak tahun 2015 sudah sepantasnya dilestarikan salah satu dari hasil buah karya desainer setempat yang menuangkan dalam motif batik ujar Zukandra.
Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung, melainkan pesta rakyat yang menyatukan sejarah, budaya, dan spiritualitas masyarakat Kuantan Singingi. Tradisi abad ke-17 ini kini mendunia lewat viralnya tarian togak luan, menyoroti kekayaan warisan Indonesia di panggung global.
“Kami mempunyai baju yang khas yang tiada duanya Takuluak Barembai dikenal namanya dikalangan masyarakat,” kata Ketua Dekranasda Kabupatèn Kuantan Sengingi.
Nama baju itu adalah ‘Takuluak Barembai’. Baju ini dinilai memiliki filosofi dan makna. Adapun filosofinya yakni, kerukunan, keharmonisan dan kejayaan. Tidak sampai disitu, setiap motif di Takuluak Barembai, juga memiliki makna filosofi.
Jika dilihat secara detail, motif melambangkan kerukunan dan keharmonisan masyarakat rantau Kuantan. Untuk warna kuning, melambangkan kejayaan dan kehormatan. Lalu warna putih, melambangkan cerdik dan pandai. Sedangkan warna merah, melambangkan keberanian. Terkahir, warna hitam melambangkan kekuatan adat yang kokoh.
Keempat warna itu juga memiliki filosofi, yakni mencerminkan Tali Tigo Sapilin yang ada pada lambang Kabupaten Kuantan Singingi. Tali Tigo Sapilin artinya peran pemangku adat dan ulama sangat mempengaruhi cara berpakaian masyarakat Kuantan Singingi.(Ridar)