Pelestarian Budaya Jawa, Acara Mangayubagya Tanggap Warsa 1 Suro 1958 Jawa di Gunung Ratu Lamongan

oleh -
img 20230803 wa0097

NASIONALNEWS.ID, LAMONGAN – Pemerintah Kabupaten Lamongan, bekerja sama dengan Paguyuban Budaya Wilwatikta, menggelar acara. Mangayubagya tanggap warsa 1 sura 1957 Jawa, di Gunung Ratu, Makam Nyai Andong Sari. Rabu (2/8/2023).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Jawa dan nguri-uri kabudayaan Jawi di wilayah Lamongan.

Perlu diketahui bersama. ( Makan Nyai Andong Sari ) di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan Jawa Timur, tidak bisa lepas dari berdirinya Lamongan.

Nyai Andong Sari, atau dikenal Mbah Ratu, merupakan Ibunda dari Maha Patuh Gadjah Mada, yang sangat mempunyai peran penting pada masa saat kerajaan Majapahit berdiri.

Makan Nyai Andong Sari terdapat diatas puncak bukti Gunung Ratu dengan ketinggian 100 meter.

Sementara itu acara yang digelar dalam satu hari satu malam ini juga menjadi momen penting bagi Budayawan Lamongan, karena 60 Pengurus Paguyuban Budaya Wilwatikta diwisuda/dilantik untuk pertama kalinya.

Sebelum pelantikan, para budayawan dari berbagai belahan Wilayah Lamongan, menjalankan serangkaian tradisi, termasuk jamasan (membersihkan atau mandi) di Sendang Sidowayah dan Kamulyan, sebagai bentuk mensucikan diri secara jiwa dan raga, yang dilanjutkan dengan kirap pataka menuju Bukit Gunung Ratu tempat Makam Nyai Andong Sari, hingga ruwatan.

Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, menyampaikan bahwa pelestarian budaya Jawa, melalui tradisi suraan, menjadi semangat, sekaligus momentum, untuk intropeksi diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT menjelang tahun baru.

“Saya mengucapkan selamat kepada budayawan yang sudah dilantik, dan terima kasih atas dukungannya dalam menjaga dan melestarikan budaya Jawa, serta budaya masyarakat Lamongan, momentum tanggal 1 Sura menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ucap Bupati Lamongan.

Eyang Sriyadi Purwo Wiyoso, Pengurus Paguyuban Budaya Wilwatikta, juga menyampaikan tiga tugas utama budayawan Lamongan, yang menjadi harapan bagi pengurus budayawan, yaitu, ruwat sukerta, ruwat sangkala, dan ruwat bumi Lamongan.

“Dalam rangka memperingati acara ini, tumpengan diselenggarakan sebagai bentuk wujud syukur dengan menyajikan 57 tumpeng sebagai lambang tahun Saka Jawa yang diambil dari dua angka terakhir,” jelas Eyang Sriyadi.

Paguyuban Budaya Wilwatikta juga menyediakan 45 uba-rampe sesaji sura, sebagai simbol tindak tanduk manusia.

Selain itu, acara mangayubagya tanggap warsa 1 sura 1957 Jawa, dilanjutkan dengan pertunjukan wayangan sejarah tutur tinular, Nyai Andong Sari, pada malam harinya.

(Sholichan/Nifta)

No More Posts Available.

No more pages to load.